AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH
DI
SULAWESI SELATAN
Dari
kota Makassar, Muhammadiyah berkembang ke daerah-daerah di pedalaman Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku. Pengurus Muhammadiyah cabang Makassar
pertama tahun 1926 itu adalah pedagang, kecuali seorang dari padanya ialah
Daeng Minggu yang bekerja sebagai mandor kepala di pelabuhan Makassar.
Sebagai
pedagang, mereka mempunyai relasi dagang dengan pedagang dari daerah lain.
Hubungan dagang yang dijalin dengan baik digunakan untuk menyampaikan cita-cita
dan perjuangan Muhammadiyah. Pedagang-pedagang relasi mereka itu terbuka
hatinya memahami dan menerima faham-faham keagamaan dan cita-cita Muhammadiyah.
Para pedagang dari daerah-daerah inilah yang berusaha mempelopori pembentukan
Muhammadiyah ditempatnya masing-masing.
1. Muhammadiyah
terbentuk di daerah-daerah
Pada
tahun 1928, Haji Zaini sekeluarga mendirikan Muhammadiyah groep Rappang. Beliau
adalah pedagang terkenal di Rappang. Beliau juga dibantu oleh seorang pedagang
lainnya bernama Haji Ismail Ambo Mariama. Istri Haji Zaini juga berjasa
mendirikan Aisyiyah di Rappang, dengan bantuan putera-puterinya dan
putera-puteri Haji Ismail Ambo Mariama.
Kegiatan
pertama yang dilakukan setelah terbentuk adalah mengadakan pengajian-pengajian.
Kemudian mendirikan sekolah ibtidaiyah dan tsanawiyah.
Pada
tahun 1929, pengurus Muhammadiyah yang telah ditingkatkan dari groep menjadi
cabang, berhasil mendirikan Muhammadiyah di Pare-pare, dibawah kepemimpinan
Haji Bakoko, seorang pedagang di kota itu. Pada tahun 1930, pengurus
Muhammadiyah cabang Rappang mendirikan Muhammadiyah groep Pinrang dibawah
pimpinan Ambo Saleng dan Wak Daude. Usaha selanjutnya ialah mendirikan
Muhammadiyah groep Jampue pada tahun 1930 dibawah pimpinan Haji Haruna.
Pada tahun 1929,
pengurus Muhammadiyah cabang Rappang berhasil mendirikan Muhammadiyah groep
Majene (Mandar) dibawah pimpinan Haji Abdul Rahim dan Haji Harun, keduanya
adalah ulama didaerah Mandar tersebut.
Dalam
rangkaian waktu itu pula Haji Zaini mendirikan Muhammadiyah groep Wonomulyo di
daerah Zelfbestuur Balanipa (Polewali).
Muhammadiyah
cabang Sengkang didirikan pada tanggal 15 Juli 1928. Ketua pertamanya adalah
Haji Andi Mori. Pada tanggal 5 Agustus 1930, Muhammadiyah groep Sengkang
ditingkatkan statusnya menjadi cabang Muhammadiyah Sengkang. Pada tanggal 29
Nopember 1930 Muhammadiyah cabang Sengkang melengkapi barisannya dengan
mendirikan Aisyiyah.
Pada
tahun 1929, Muhammadiyah cabang Sengkang mendirikan satu groep, yaitu
Muhammadiyah groep Belawa. Groep Belawa inipun dengan giat mengadakan
pengajian-pengajian dan mendirikan masjid dan sekolah.
Pada
tahun 1930, Muhammadiyah cabang Sengkang melangkah keluar daerah zelfbestuur
Wajo, dengan mendirikan Muhammadiyah groep Batu-batu, desa yang terletak
sebelah utara zelfbestuur Soppeng. Pengembangan organisasi diusahakan terus
dengan membentuk Muhammadiyah groep Watangsoppeng dan groep Lajjowa pada tahun
1933. Di kedua groep inipun diusahakan pengajian-pengajian dan mendirikan
tempat pendidikan.
Salah seorang
pengurus Muhammadiyah cabang Makassar yakni Haji Andi Sewang Daeng Muntu.
Beliau bertempat tinggal di Labbakkang, Pangkajene Kepulauan. Atas usaha
beliau, Muhammadiyah groep Labbakkang dapat didirikannya pada tahun 1928. Amal
usaha yang diupayakan groep ini ialah mengadakan pengajian dengan mendatangkan
muballigh dari Makassar dan mendirikan madrasah diniyah.
Pemuka-pemuka
umat Islam di Pangkajene yang terdiri dari Haji Muhadi, Haji Abdul Hamid dan
Haji Parumpa mendirikan Muhammadiyah groep Pangkajene pada tahun 1929. Groep
inipun mengadakan pengajian-pengajian dan mendirikan sekolah serta mendatangkan
gurunya dari Jawa.
Dengan kepeloporan
Haji BaAlwi dan Daeng Rahing, Muhammadiyah groep Maros dapat didirikan pada
tahun 1929.
Atas
kepeloporan dan usaha pedagang-pedagang dari daerah zelfbestuur Barru, antara
lain Haji Asaf dan Haji Yahya, beliau-beliau pun mendirikan Muhammadiyah groep
kampung Baru dan groep Takkalasi pada tahun 1930. Atas usaha beliau-beliau pun
menyusul berdiri Muhammadiyah groep Tenete, kemudian groep Ele dan groep Ralla,
semuanya di swapraja (kabupaten Barru), juga sekitar tahun 1930. Groep-groep
ini pun mengadakan pengajian-pengajian dan mendirikan mushalla.
Abu Bakar daeng
Bombong salah seorang anggota Muhammadiyah groep Mariso mempelopori berdirinya
Muhammadiyah groep Jongaya pada tahun 1928. Jongaya adalah desa yang pada waktu
itu termasuk wilayah supraja Gowa. Haji Yunus Daeng Manangkasi, seorang
pamongpraja di zaman Belanda mempelopori berdirinya Muhammadiyah groep
Sungguminasa.
Anggota-anggota
tersiar dari Muhammadiyah cabang Makassar dan groep Jongaya serta Sungguminasa berusaha
mendirikan Muhammadiyah di kampung asalnya masing-masing, maka pada tahun 1930
telah berdiri Muhammadiyah, diantaranya:
·
Groep Limbung dengan kepeloporan Haji Rowa dan
Daeng Puli sekeluarga
·
Groep Barembeng-Bontonompo, dengan kepeloporan
Jamalong dan Mahasong, seorang guru sekolah
·
Groep Bontorita di daerah Galesong, termasuk
daerah on derafdeling Takalar, atas kepeloporan Daeng Mone, Daeng Pahang dan
Sarapa Daeng Tarru
·
Groep Sapanjang, di daerah Galesong, on
derafdeling Takalar, dengan kepeloporan Karaeng Rurung, seorang bangsawan.
·
Groep Salaka dan groep Palleko di daerah
Polongbangkeng, on derafdeling Takalar dengan kepeloporan Haji Makkaraeng Daeng
Manjarungi
·
Groep Tombolo-Pao, di daerah Malino, ujung timur
swapraja Gowa, dengan kepeloporan Samiun
Muhammadiyah
groep Bantaeng berdiri tahun 1927, dipelopori oleh Daeng Paris, Osman alias
Sammang, Tanawali dan Muhammad Osman. Pada tahun 1931 telah dapat pula
didirikan Aisyiyah groep Bantaeng dipimpin oleh Sitti Daeng Lebo dan Hizbul
Wathan dengan pimpinan Salamun. Pada tahun 1938, Muhammadiyah groep Bantaeng
ditingkatkan menjadi cabang. Setelah ditingkatkan menjadi cabang, Muhammadiyah
cabang Bantaeng mendirikan groep Muhammadiyah di Pasorongi dan Batulabbu di
tahun 1939.
Kajang,
satu kecamatan di Bulukumba, menerima kehadiran Muhammadiyah pada tahun 1928,
dipelopori oleh Andi Aco Daeng Pagising. Kemudian pada bulan Februari 1932,
diresmikan Muhammadiyah groep Ponre (Gantarang), sebuah kampung di kota
Bulukumba. Bersamaan dengan peresmian Muhammadiyah groep Ponre tersebut,
diresmikan juga Aisyiyah dan Hizbul Wathan groep Ponre. Pada waktu yang
bersamaan dibentuk dan diresmikan pula pengurus pemuda Muhammadiyah groep
Ponre. Pada tahun 1932, Muhammadiyah groep Ponre mendirikan mushalla dan
sekolah, disamping menggiatkan tabligh keliling kampung sekitar distrik
Gantarang, akhirnya tahun 1933, berturut-turut dibentuk:
·
Muhammadiyah groep Bulukumba kota
·
Muhammadiyah groep Barabba
·
Muhammadiyah groep Kampung Baru
·
Muhammadiyah groep Bantosunggu
Dengan Aisyiyahnya masing-masing.
Pada
tahun 1928, Muhammadiyah groep Sinjai dapat didirikan atas kepeloporan Ahmad
Marzuki bersama Muhammad Sanusi, Andi Bintang dan La Bunna. Pada tahun ini juga
Muhammadiyah groep Sinjai mendirikan kepanduan Hizbul Wathan groep
Balangnipa-Sinjai dipimpin oleh Ibnu Daeng Magassing. Pada tahun 1930,
Muhammadiyah groep Balangnipa-Sinjai membentuk pula Aisyiyah groep
Balangnipa-Sinjai dengan pimpinan antara lain ibu Indar, dibantu oleh Sitti
Muliati dan Sitti Marwah.
Pengajian dan
tabligh adalah amal usaha yang digiatkan pada awal berdirinya. Kemudian
mendirikan sekolah ibtidaiyah di tahun 1930 dan madrasah Mu’allimin pada tahun
1933 yang dibina oleh Abdul Rasyid Fagih.
Sedangkan
di kota Benteng, ibukota Selayar, Muhammadiyah berdiri pada tahun 1930,
dipelopori oleh dua tokoh umat Islam di kota tersebut yaitu Haji Hayyong dan
Haji Ganiun. Kegiatan yang dilakukannya adalah menyebarkan faham dan cita-cita
Muhammadiyah, terutama dalam bentuk pengajian keliling. Sehingga dari tahun
1930-1931 terbentuklah:
·
Muhammadiyah groep Buki
·
Muhammadiyah groep Polebungi
·
Muhammadiyah groep Onto Sapo
·
Muhammadiyah groep Bontobangun
·
Muhammadiyah groep Odaiya
·
Muhammadiyah groep Laiyolo.
Sejak
tahun 1929, Sinowa Daeng Lalang, seorang tokoh masyarakat Jeneponto dan menjadi
anggota tersiar dari Muhammadiyah groep Makassar telah giat memberikan
penjelasan-penjelasan tentang Muhammadiyah kepada keluarga dan sahabatnya dan
akhirnya pada tahun 1933, Muhammadiyah groep Jeneponto didirikan.
Andi
Djurangga, vice voorzitter Muhammadiyah groep Sengkang, adalah seorang
bangsawan dari daerah Palopo yang bermukim di Sengkang. Dengan dibantu seorang
sahabat karibnya bernama Abu, juga dibantu oleh La Tang, Sayid Muhammad dan Sayid Mahmud, maka berdirilah
Muhammadiyah groep Palopo pada tahun 1928 dengan La Tang sebagai ketuanya. Pada
tahun ini juga berdiri Aisyiyah groep Palopo, sebagai ketuanya diangkat Sitti
Fatimah S, kemudian didirikan pula Hizbul Wathan yang dipimpin oleh Muhsen. Dua
tahun kemudian didirikan pula Nasyiyatul Aisyiyah dengan pimpinan Sitti Zaimah.
Dan pada tahun 1929, akhirnya terbentuk groep-groep Muhammadiyah sbb:
·
Muhammadiyah groep Cappasolo,
·
Muhammadiyah gorep Malili,
·
Muhammadiyah groep Kolaka,
·
Muhammadiyah groep Larompong,
·
Muhammadiyah groep Masamba.
Kegiatan
pengurus Muhammadiyah pun melangkah keluar dari daerah Luwu dengan membentuk
Muhammadiyah di Makale dan Rantepao, dengan pimpinan S. Mahmud.
Pada tahun 1933,
terbentuk Muhammadiyah groep Enrekang atas kepeloporan dan pimpinan 3 orang
pedagang yakni Haji Ibrahim, Haji Ismail Ambo Sakki dan Ibrahim. Dan pada tahun
1934, pengurus Muhammadiyah Enrekang berhasil mendirikan Muhammadiyah groep
Buntu Lamba, kemudian menyusul dibentuknya groep Kalosi pada tahun 1935.
No comments:
Post a Comment